Sejenak kita baca www.tempo.co 07/02/2012 tentang “Asal Muasal Hari Kasih Sayang”. Ternyata, cukup banyak versinya. Berikut ini, petikan dari salah satu yang popular.

Namun, keinginan sang kaisar tidak didukung bahkan mendapat perlawanan terutama dari Valentinus yang membantu para pria yang enggan terlibat di peperangan lantaran mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat Claudius marah dan memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila melarang pernikahan. Pikir sang kaisar, apabila para pria tidak menikah, mereka akan senang hati bergabung dengan militer.
Sebagai seorang pendeta, Santo Valentinus secara rahasia, diam-diam dan berhati-hati terus membantu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta dengan melakukan pemberkatan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.
Pada suatu malam, sang kaisar berhasil menangkap basah Santo Valentinus sedang memberkati salah satu pasangan dan lalu menjebloskannya ke penjara dengan vonis hukuman mati penggal kepala. Peristiwa ini justru menumbuhkan simpati dan dukungan masyarakat kepada Santo Valentinus dengan melempar bunga dan pesan.
Pada 14 Februari -sebelum dieksekusi- Santo Valentinus menulis sebuah pesan pernyataan cinta untuk gadis putri sipir penjara yang dititipkan ke sipir penjara dan tertulis “Dengan cinta, dari Valentinusmu”. Pesan ini lalu mengubah segalanya, yaitu setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai Hari Kasih Sayang untuk mengingat Santo Valentine sebagai pejuang cinta.
Jangan Menyerupai
Tampak, dari sisi asal-muasalnya, jika kita ber-Valentine’s Day bisa dibilang bahwa itu bentuk tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir, sebuah perilaku yang dilarang oleh Rasulullah SAW (lihat HR Abu Dawud, Ahmad, dan ath-Thabrani).
Sikap suka mengikuti sesuatu tanpa kita tahu dasar (hukum)-nya, itu tak boleh kita lakukan. “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung-jawabannya” (QS Al-Israa’ [17]: 36).
Berhati-hatilah! []
sumber: anwardjaelani.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar